Malam kemarin, saya kembali ke Bandung dan mengejar waktu agar tiba di travel tepat waktu. Jadi, saya memutuskan untuk menggunakan jasa Gojek.
Pada artikel saya terdahulu yang membahas tentang Gojek, sempat ada cerita tentang betapa sulitnya driver Gojek untuk menyembunyikan identitasnya agar tidak “dikerjain” oleh driver ojek pangkalan dan kekhawatiran driver Gojek tentang keharusan untuk menggunakan atribut Gojeknya.
Kali ini, driver Gojek sudah memakai jaket dan memberikan helm Gojek. Penasaran, saya bertanya kepada bapak Gojek tentang keamanan mereka ketika menggunakan atribut Gojek dalam memberi pelayanan.
Mengejutkan! Pada awal penggunaan atribut Gojek, salah satu driver Gojek yang pada saat itu sedang membawa pelanggannya, diserang oleh driver ojek pangkalan di depan sebuah supermarket di tengah jalan besar. Ia dikeroyok dan dipukul menggunakan kayu, pelanggannya pun tak luput menjadi sasaran serangan itu. Driver Gojek tersebut akhirnya mengalami gegar otak dan pelanggannya juga mengalami luka-luka.
Setelah kejadian tersebut, sebagian besar driver Gojek melakukan konvoi melintasi jalan yang menjadi tempat kejadian perkara. Bukan, konvoi tersebut bukan bermaksud untuk melakukan serangan balasan. Hanya untuk menunjukkan solidaritas di antara driver Gojek.
Beberapa saat setelah konvoi tersebut, diadakanlah pertemuan antara kepolisian, pihak Gojek, dan para driver ojek jalanan. Singkat cerita, dicapailah kesepakatan untuk tetap bersatu dan tidak saling bermusuhan karena semuanya sama-sama orang Bandung, orang Sunda. Pelaku pengeroyokan pun dipenjarakan.
Kini, driver Gojek dapat melayani pelanggan tanpa rasa cemas dan takut. Perdamaian memang selalu indah dan memenangkan semua.