I have never been so jealous of a woman my age as I did today.
Satu jam lalu saya terbangun dari tidur ketika berada di dalam komuter. Lalu, saya mendengar dua orang teman kerja (sepertinya) sedang berbincang tentang anak mereka. Di tengah perbincangan, salah satu dari mereka bercerita tentang pengalaman hidupnya, dimulai dengan cerita tentang pertemuannya dengan suaminya saat ini (whose apparently her second husband). Cerita pun bergulir menjadi pengalaman pernikahan pertamanya, karena satu sebab mereka bercerai. Dalam proses perceraian, dia berpindah tempat kerja dari tempat kerjanya saat ini (setelah sebelumnya resign dari kantornya saat ini). Selama proses perceraian, ia harus berjuang untuk mendapatkan uang guna membayar biaya perceraian dan menopang hidupnya dan anaknya. Sementara, mantan suaminya sama sekali tidak mempermudah proses perceraian karena tidak mau bercerai. Dalam benak saya, masalah perkawinan mereka pasti sangat berat hingga Sang Istri memutuskan untuk bercerai.
Akhirnya mereka bercerai, setelah melalui proses yang panjanng dan mahal (ia menghabiskan biaya hingga 100 juta rupiah). Masalah tidak berhenti sampai di situ karena ada anak yang harus diasuh, sementara saat itu anaknya masih tinggal bersama mantan suaminya, padahal hak asuh ada di tangan wanita ini. Kemudian ia berjuang terus hingga ia dapat tinggal bersama anaknya dan ia berhasil. Hebatnya, ia berjuang seorang diri tanpa keluarga karena ia tidak memiliki keluarga. Beberapa teman turut memberikan dukungan kepadanya.
Pengalaman membentuk kepribadian seseorang. Pengalaman hidupnya yang keras dan penuh perjuangan membuatnya tumbuh menjadi seorang ibu yang selalu menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Ia kemudian membebaskan anaknya untuk dapat berekspresi dan melakukan kesenangannya secara bebas, selama tidak membahayakan anak. Ia mencari les yang terbaik dan mengetahui tempat les yang sesuai dengan usia dan perkembangan anak. Ia memahami benar bahwa anak harus diperlakukan dengan penuh kasih sayang dan terbuka kepada orang tuanya. Saya belum pernah menjadi orang tua, tetapi saya setuju dengan cara pandang wanita ini.
I feel like this woman is more content than me. I admire her for the way she struggles and how she can overcome everything. And it makes me wonder, what have I learned from my life all these years? I am so terribly jealous of her.
For all this time, I have never jealous of material or physical appearances of women my age. Those things won’t make me jealous, actually. Bahkan, ketika menyoal tentang pasangan atau keluarga kecil yang umumnya sudah mereka miliki. Ternyata bukan itu yang membuat saya sedemikian iri, pengalaman hidup wanita itu membuatnya jauh lebih kaya dari saya. Mungkin saya tidak sanggup jika menghadapi masalah yang ia miliki, tetapi bisa juga saya sanggup. Masalah dan bagaimana ia dapat menyelesaikan semuanya serta akhirnya bertemu dengan seorang suami yang setia (semoga mereka langgeng dan selalu bahagia) membuatnya menjadi wanita yang teruji kesabaran, kekuatan, dan keteguhannya. Dan, dia seusia dengan saya!